Aku hanya rindu, itu saja.

Senja yang kusambut dengan pilu, daun teh yang kuseduh perlahan di sore itu.

Petang tak kunjung usai, berharap temaram menjemput kegelisahan.

Bawa aku berlayar ke pantai bira, seperti dahulu di sana kita berikrar sumpah.

Apakah air matamu masih seperti dulu? Hanya akan berderai jika aku lupa mengucap rindu?

Kita akan menunjuk-nunjuk ke langit, ketika mentari mulai ditelan tepian samudera. Dan kau bergumam ‘apakah malam terkungkung sepi tanpa hangatnya surya?’. Kau dan pertanyaan polosmu yang terkadang sulit untuk kujawab.

Apakah kau masih mempertanyakan apakah nelayan selalu rindu pulang dan hangatnya terlelap di peraduan?

Gelap perlahan menyeruak melahap senja.

Aku masih di sini, menyimpan segala pertanyaan yang tak butuh untuk kau jawab.

Aku hanya rindu, itu saja.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a comment