Blues Berdua: Idealisme yang berangkat dari sebuah kota kecil

15095471_1195851133839655_4047904469967136260_n

 

Berawal dari keisengan dua pemuda usia akhir 20-an di sebuah warung kopi di tepian jalan kota Rengat, Indragiri Hulu,  yang merencanakan travelling sembari ngamen membawakan blues ala missisipi. Rencana travelling yang dimaksud gagal, tentunya, namun konsep blues berdua yang dikonsensuskan melalui lesapan pahit asam arabika toraja tersebut yang telah melahirkan grup musik yang saya jalani sekarang: Blues Berdua.

Adalah saya sendiri dan rekan saya Riko, yang memulai ide gila untuk meracik kesederhanaan ala kota kecil ke dalam hidangan musik blues yang pada dasarnya terlahir untuk menjadi musik sederhana. Blues adalah jalan hidup saya, terlahir dari keluarga yang mendedikasikan hidupnya untuk seni, Blues telah menjadi sahabat saya sejak saya menginjak usia remaja. Ketertarikan kepada musik petani kapas tersebut lantas membuat saya berminat untuk mempelajari alat musik, yang pada akhirnya pilihan saya jatuh kepada instrumen sejuta umat: gitar. Riko adalah rekan saya di band saya sebelumnya, John Henry. Berada di posisi yang sama dengan saya (gitaris), belakangan ketertarikannya kepada musik missisipi mengajaknya untuk mengenal instrumen baru yang unik: Blues harp. voila, Muddy Waters telah menemukan Little Walter nya.

Dari pinggiran sungai Indragiri, Blues Berdua hoboing*) ke ibukota provinsi, Pekanbaru. Dengan mengajak musisi asal Rengat lainnya, yaitu Indra (Cajon), dan Rhido (Vokal), Blues Berdua mencoba memenangkan hadiah utama dari sebuah festival akustik, yaitu tampil di depan pengunjung Riau Expo 2016.  Hadiah utama gagal diraih karena diskualifikasi akibat berhalangan tampil di putaran final, Blues Berdua dengan sedikit keberuntungan berhasil mendapatkan jatah manggung di Riau Expo 2016. Dengan formasi berempat, semakin banyak teman dan keluarga yang melontarkan pertanyaan ‘nama bandnya berdua, kok berempat?’, dan biasanya hanya saya jawab dengan sedikit candaan ala om-om penggoda mahasiswi: ‘karena kalau hanya berdua yang ketiga adalah syaiton’.

15202502_1195841217173980_136137452816148042_n

 

Blues Berdua saya sendiri yang menamainya, memang, akan tetapi bukan serta merta karena formasi awal kami adalah duo, namun ada unsur filosofis yang coba saya tanamkan dari nama ‘Blues Berdua’ tersebut. saya menggunakan frasa ‘berdua’ adalah untuk mencitrakan keintiman, kedekatan, karena itu saya selalu berusaha memasukkan unsur kesehari-harian dalam karakter Blues Berdua. Kesederhanaan dan kejujuran, adalah prinsip dasar dari karakter Blues Berdua, dan harapan kami adalah meramu kejujuran dan kesederhanaan tersebut ke dalam musik Blues yang mungkin belum terlalu familiar dengan kuping penikmat musik tanah air.

Unsur ‘kedekatan dengan pendengar’ tersebut saya tuangkan ke dalam lagu pertama kami, Psychic Blues yang berbahasa Indonesia. Tema lagunya adalah klenik, yang juga dekat dengan kebudayaan kita (haha). singkat kata, Psychic Blues adalah reinterpretasi legenda crossroad yang diasimilasikan dengan kearifan lokal. Lagu berirama delta blues ini saya buat pada tahun 2009, dan saya bawakan bersama Blues Berdua pada bulan November 2016 di even Bono Jazz Festival 2016. di even tersebut saya meminta bantuan dua musisi Pekanbaru yang sudah memiliki jam terbang tinggi, yaitu Muhammad Hadi (Bass), dan Lesmana (Gitar).

15697555_1234728866618548_4701317894398982479_n

Project terakhir penutup tahun dari Blues Berdua adalah video live yang direkam oleh bantuan rekan-rekan tim Music Corner Id yang dengan apik sukses merealisasikan keinginan kami untuk menampilkan musik Blues yang sederhana di depan kamera. Lagu yang kami bawakan adalah ‘Brown Skinned Woman‘, kali ini berbahasa Inggris, namun tetap dengan tema yang dekat dengan kehidupan kita, dan juga ditambah dengan visual video yang terasa sangat akrab di kehidupan sehari-hari.

Tahun 2017 adalah pembuka semangat baru, masih banyak agenda dari rekan-rekan Blues Berdua yang belum tercapai di 2016. Semoga karya-karya kami segera bisa direalisasikan dalam bentuk album, dan semoga idealisme yang berangkat dari kota kecil ini tidak luntur termakan arus musik modern. salam cinta dari kami, Blues Berdua.

 

follow our instagram: @bluesberdua
or contact us : bluesberdua@gmail.com

 

 

 

 

 

 

Leave a comment