Kutitipkan rindu kepada bait puisi

Ada rindu yang kukecap di ujung lidah, tempat di mana kata-kata lepas menjadi makna.
Ada rindu yang kusemai di tanah gersang, benih-benihnya kelak tumbuh mengemis hujan.
Ada rindu yang meronta-ronta, ingin dibebaskan dari dalam kepala.
Kepala yang terus memikirkan cara untuk merajut kembali senyummu,
Yang tiada duanya.
Ada rindu yang kubisikkan kepada daun-daun yang gugur di penghujung hari,
Yang mengering untuk kemudian sirna.

~

Rindu tidak akan pernah musnah, dia bukan api yang menyala untuk kemudian menjadi abu, bukan pula ombak yang gagah berlari untuk kemudian surut kembali.

Rinduku adalah pijar yang selalu bersinar, tak akan padam dibelenggu kelam. Rinduku adalah pohon yang berakar kokoh, tak akan goyah diterpa badai.

~

Rinduku adalah kata-kata yang kutitipkan di bait-bait puisi,
…Temui aku di sana.

.

.

Pekanbaru, 4 November 2017

Leave a comment