rindu

aku terbangun dari lantai dingin yang membekukan tulangku
kepulan asap rokok mengantar lamunan pagi, sisa semalam, jatah terakhir.

wajahmu memadati alam khayalku, sehatkah kau? rindu aku.
tanpa sadar aku memandangi hampa,
tidak biasa aku terbangun tanpa kau sapa.

Tahun kedua kita mengikat janji, tepat hari ini.
senyum sumringahmu teringat kembali, senyum yang menghilangkan lelah, memuaskan rasa dahaga akan kebahagiaan paling sederhana.

rindukah kau? seperti aku rindu secangkir kopi pagi yang sering kau hidangkan di atas meja; seperti aku rindu pelukan hangat setiap aku pulang kerja.

dinginnya udara menghempas lamunanku kembali ke lantai yang dingin ini.
di balik jeruji besi, tempat aku kehilanganmu hingga tiga puluh tahun lagi…

lelaki yang menunggumu pulang

rintik hujan dihempaskan badai, malam desember
tak goyah dia berdiri, tak lelah pula dia mencari

basah lalu kering, gemuruh lalu hening
nanar matanya menatap ke utara,
”di situ terakhir kau memalingkan muka”

fajar datang tanpa membawa kabar
kakinya lemah, mulai payah menopang tubuhnya
tubuh yang berisi harapan untuk kembali berjumpa

lelaki yang menunggumu pulang
musnah dia bersama mimpinya

(Februari, 2016)

Mengapa kita terlalu over reaktif?

Image

beberapa hari lalu hingga saat ini masyarakat kita sedang sibuk-sibuknya menghujat negara tetangga kita, Malaysia sehubungan dengan isu ‘klaim tarian tortor’ yang beredar melalui sebuah akun twittter portal berita. Kenapa saya sebut sebagai ‘isu’, bukan ‘berita’? karena hal yang diberitakan oleh akun portal berita yang seharusnya berisi fakta yang akurat dan informatif malah berisi berita yang dipelintir dan kebenarannya diragukan. Bagaimana tidak, berita asli yang menyatakan bahwa tari tortor yang merupakan kesenian dari komunitas masyarakat Mandailing yang minoritas di sana ‘diakui’ sebagai warisan nasional. Kemudian ini dipelintir oleh media sebagai ‘pengklaiman budaya’ yang dilakukan sebuah negara atas budaya negara lain. (berita aslinya bisa dilihat di sini ) 

Ada satu hal yang aneh dan menggelitik sebenarnya dari istilah ‘klaim budaya’ yang selama ini seakan akan dijadikan pemantik yang menyulut kemarahan masyarakat Indonesia. menurut wikipedia, budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam hal ini budaya adalah produk manusia yang dimiliki bersama dan diwariskan. Budaya berpakaian misalnya diwariskan turun menurun oleh nenek moyang kita, dan setiap kelompok masyarakat memiliki bentuk dan jenis pakaian yang berbeda-beda itulah sebabnya mengapa pakaian adat jawa berbeda dengan aceh. Namun jangan heran jika kemudian pakaian dari aceh dipakai di jawa, karena sifat manusia dalam bermasyarakat yang kerap berpindah-pindah tempat dan membawa serta budayanya yang kemudian diturunkan lagi ke anak cucunya kemudian. Jangan heran juga jika kemudian pakaian jawa ditemukan di luar nusantara. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa budaya bukanlah produk NEGARA, melainkan produk masyarakat. Masyarakat Kanada keturunan Jawa  sekalipun boleh boleh saja memakai kain batik karena itu adalah produk budaya nenek moyang mereka, walaupun mereka tidak berkewarganegaraan Indonesia. 

Selang berapa lama setelah ‘isu’ yang berhembus tadi, masyarakat khususnya pengguna jejaring sosial langsung ramai berkomentar negatif kepada negara tetangga kita tadi. Bahkan beberapa tagar pun bermunculan, mulai dari #TorTorPunyaIndonesia hingga tagar #MalaysiaKamseupay yang berisi hujatan hujatan bahkan sumpah serapah yang dialamatkan kepada Malaysia yang dianggap mengklaim tarian tortor. Over Reaktif,…saya malah meragukan sebagian besar diantara mereka (yang kebanyakan ABG) sudah membaca (mengklik) tautan dari portal berita tadi, mungkin hanya membaca judul beritanya saja (yang memang provokatif) atau bahkan cuma tau dari retweet an followingnya atau mungkin cuma ikut-ikutan saja biar dianggap nasionalis ? apakah mereka tau tortor itu mahluk macam apa? Apakah mereka sebelum ini peduli terhadap kebudayaan nasional atau terlalu sibuk dengan boyband korea? 

Mengapa kita terlalu over reaktif?? ibarat daun kering yang mudah dikumpulkan lalu disulut api dan terbakar. Terlalu mudah menghujat sesuatu tanpa mengerti akar masalah, bahkan terkadang terlalu mudah diarahkan opininya demi sebuah kepentingan. Jika tagar tadi menjadi Trending Topic World Wide apa yang berhasil kita tunjukkan? tidak ada, kecuali kita berhasil menunjukkan kepada dunia bahwa kita ada negara yang insecure. 

dan mudah mudahan India tidak mengklaim kembali pewayangan, kuliner, hingga musik dangdut yang sudah lama bercokol di negara kita bahkan sudah dianggap sebagai identitas negara sendiri. Mudah mudahan Eropa tidak protes kepada negara kita mengapa lagu kebangsaan kita memakai musik barat, bukan musik tradisional jawa, mudah mudahan bangsa Cina juga tidak menghujat kita karena banyak menyontek kuliner dan kebudayaan mereka. semoga saja 🙂 

Hujan di kota Aberdeen

Hujan di kota Aberdeen….

aku tak tahu mengapa aku bisa tiba di sini…seingatku beberapa menit yang lalu aku masih terbaring lemah di atas tempat tidurku. Ini mungkin mimpi, tapi terasa aneh karena aku merasa terlalu sadar untuk menyadari ini adalah sebuah mimpi. Kulitku bisa merasakan dinginnya kota ini, paling tidak di pinggiran jalanan yang kumuh dan gelap, jika pantas disebut bagian dari kota. Hujan kali itu begitu deras di kota kecil ini, tidak ada orang orang lagi yang terlihat melintas. Aku merasa sesak, kedinginan dan tersesat. Demi Tuhan,..di mana ini??

‘Welcome to Aberdeen – come as you are’

sebuah plang nama terjatuh di sampingku seakan akan Tuhan memberiku jawaban langsung dari atas langit. Aberdeen,…sepertinya aku familiar dengan nama itu. Yang jelas aku sekarang berada di sebuah kota di Amerika, atau mungkin Eropa, entah bagaimana aku bisa ke sini aku tak peduli lagi. Ini mungkin hanya satu dari sekian imajinasi liarku yang sedang lepas kendali. Aku berjalan dengan langkah yang begitu berat. Seakan akan sepatuku terbuat dari besi dan genangan air kotor di bawahku ini adalah medan magnet yang sangat kuat.

Dari kejauhan aku melihat seorang pria terduduk di atas tanah yang kotor dan penuh genangan air.  Pria itu umurnya akhir 20-an, rambut coklat kusut menutupi sebagian besar wajahnya. Dia tertunduk lesu, punggungnya bungkuk seperti udang, dan tangannya yang kurus memeluk erat kedua kakinya yang dibalut jeans kumal.

‘i hate you

I Hate you for that…

Why do you hate me so much????

What do you want??’

Say yes to me!!!!

I’m bruised to much!

Say yes to me!

What are we doing?

Say yes to me!!

Pria itu terus meracau dengan suaranya yang serak dan setengah berteriak. Dia menjerit setengah menangis dan mengulang ulang kata kata tersebut dengan lantang seakan akan seisi dunia memusuhinya dan yang dapat dia lakukan hanya berteriak.  Tiba tiba pria itu mengangkat dagunya. Aku bisa melihat dengan jelas wajahnya. Wajah pria yang kukenal, bahkan pria yang sangat kukagumi. Aku terhenyak, seakan akan jantungku berhenti saat itu juga.

‘i want it…i want it…i want it alone!’

‘ I WANT IT..I WANT IT…..I WANT IT ALONE!!!’

Pria itu berteriak lagi, semakin keras seolah dia ingin seluruh kota mendengarkannya.

‘Hey,…what’s happen with you, dude’  Aku bertanya

‘ I WANT IT..I WANT IT…..I WANT IT ALONE!!!’. Dia kembali meracau.

‘are you okay?’. tanyaku mencoba menenangkan.

‘ I WANT IT..I WANT IT…..I WANT IT ALONE!!!’ dia berteriak semakin keras.

‘i want it…alone!’ suaranya semakin lirih,

Tidak lama kemudian dia tiba tiba terdiam, mematung.

Aku terdiam, jantungku masih berdetak sangat cepat seperti ada sebuah mesin jet yang tertanam di dalamnya.

Dia adalah pria yang pernah mengubah dunia, dan aku berhasil bertemu dengannya malam ini. Sebuah pertemuan yang entah ini sebuah kenyataan atau hanya ilusi, tapi aku sama sekali tak peduli. Yang penting adalah aku bertemu dengan pria hebat ini, pria yang pernah mengubah dunia.

Dia adalah seorang penyair yang mati muda…syairnya sarkas dan kasar, dia menyanyikannya dengan kasar juga. Dia sering menceritakan kehidupan masa kecilnya yang jauh dari bahagia. Dia sering menceritakan bagaimana bencinya orang orang terhadap dirinya, dan jelas sekali dia benci dengan dirinya sendiri. Dia adalah seorang pisces yang menganggap dirinya lemah padahal tersembunyi kekuatan besar yang mampu mengubah dunia  di sana. Dunia mengenalnya sebagai seorang pemabuk yang suka menghancurkan apa saja, tetapi aku melihat dia sebagai seorang pria pesimis yang butuh sedikit dorongan untuk menghadapi dirinya sendiri.

Aku mengenalnya dari syair yang dia ciptakan dan nyanyikan. Aku ingat ketika itu dia berhasil menyelamatkan dunia dari para banci bermake up tebal yang menyanyikan syair cinta. Dia membunuh mereka semua seorang diri. Dia membuat standarnya sendiri dalam permainan nadanya yang kasar, mentah dan penuh amarah yang menyembunyikan kegelisahannya. Bahkan setelah dia mati pun, seluruh dunia mengikuti aturan yang telah dia buat. Musiknya seakan menjadi wabah yang menyerang seluruh dunia hingga saat ini.

Iya…dia telah wafat bertahun tahun yang lalu. Lantas siapa pria yang kutemui terduduk lesu ini?

‘get the fuck outta here’. Dia mengumpatku dengan kasar dan sorot mata tajamnya itu seakan akan ingin membunuhku.

jam 12 siang

aku terbangun lemas dari tempat tidurku. Ternyata hanya mimpi,..pantas saja.  

Kepalaku terasa berat. masih terasa dinginnya angin yang menusuk tulang dari mimpi ajaib semalam. Bajuku bahkan masih terasa basah, seakan akan terkena guyuran hujan di kota Aberdeen itu. Well, nice to meet you Mr. Kurt Cobain,…. terima kasih telah mengubah hidupku, dan dunia. Terima kasih atas pertemuan singkat di bawah siraman hujan di kota Aberdeen.

Suara knalpot kendaraan yang lalu lalang di luar sana kembali menyadarkanku.

Jam 12 siang??? gawat! aku terlambat lagi. 

—-

Outro:

sesampainya di kantor aku membuka email kiriman dari milis pecinta musik. Judul emailnya adalah ‘pesan rahasia di balik lagu’. Aku kemudian mendownload sebuah file yang disisipkan di sana, yang berisi lagu ‘Smells like teen spirit’ yang diputar secara terbalik (backwards). Aku segera memutarnya melalui music playerku dan aku terkejut dengan lirik lagu yang terdengar samar samar di sana:

I Hate You.. i hate you

I Hate you for that

Why do you hate me so much?

What do you want?

Say yes to me!

I’m bruised to much!

Say yes to me!

What are we doing?

Say yes to me!

I want to

I want it … i want it…i want it

Alone 

| tulisan ini mengenang 20 tahun lagu ‘Smells like teen spirit’ yang telah ‘mengubah dunia’ 🙂

Sebuah tulisan singkat tentang perjalanan panjang musik Blues

Setelah tulisan saya tentang blues sebelumnya, di dalam tulisan ini mari kita lebih jauh mengenal BLUES dari sisi sejarah dan karya populer musisi yang mengusung aliran musik tersebut. 

Blues berawal dari jaman perbudakan di dataran Amerika abad 19.  Pekerja pekerja dari kalangan kulit hitam di Amerika bagian selatan menyenandungkan dan menyanyikan pantun pantun yang merupakan curahan isi hati mereka secara silih berganti, diiringi dengan musik perkusif berupa benda apapun yang bisa mereka pukul. Dari cara bernyanyi secara silih berganti inilah pola call and response berasal; yaitu nyanyian berupa sajak yang disenandungkan yang berbentuk ‘tanya jawab’ yang dinyanyikan secara bergantian.  Suara rel kereta api yang menjadi teman sehari hari bagi para budak yang bekerja di tambang menjadi konsep awal pola dan tempo rhytm blues, dari situlah basic pattern dari musik blues. Jika anda menyimak lagu blues maka sangat jelas terdengar pola rhytm mereka yang menyerupai suara rel kereta api. Pada awalnya budak budak afrika tersebut menggunakan alat musik sederhana berupa kayu atau logam yang bisa digunakan secara perkusif, namun tuan tuan tanah mereka yang berasal dari Eropa secara tidak langsung memperkenalkan musik klasik yang mereka bawa dari tanah kelahirannya. Alat musik kontemporer saat itu berupa gitar (dan kebanyakan memang gitar) dimainkan oleh budak budak tersebut sesuai dengan apa yang mereka dengar, walaupun terdengar asal asalan dan keluar dari pakem musik klasik, tapi dari situlah blues terlahir untuk pertama kalinya.

Dari musik Eropa itu pulalah blues mengenal konsep tritone dalam musiknya.  Tritone adalah interval tiga nada penuh (whole tone) dari not pertama pada suatu chord (contoh: E ke A# pada chord E major). Tritone disebut juga sebagai ‘diabolus in musica’  karena kesan yang ditimbulkannya adalah suram dan bernuansa kelam.  Notasi tritone inilah yang menyebabkan Black Sabbath dicap sebagai band ‘gelap’ pada zamannya; tritone  adalah dasar dari musik heavy metal.  di sinilah benang merah yang menghubungkan antara Blues dan musik bawah tanah.

Blues sendiri, walaupun telah dinyanyikan sejak jaman perang saudara namun mulai dipopulerkan pada tahun 1912 oleh Hart Wand yaitu single berjudul ‘Dallas Blues’  yang kemudian diikuti oleh WC Handy dengan single ‘The Memphis Blues’. Musisi dari delta missisipi seperi Tommy Johnson dan Robert Wilkins kemudian memperkenalkan delta blues di tahun 1928 kemudian disusul oleh  Charlie Patton (1929) dan Son House (1930) kemudian Robert Johnson dengan kehidupan penuh mistisnya melakukan rekaman satu satunya di tahun 1936 sampai 1937. Delta blues sendiri memiliki ciri khas berupa slide gitar dan harmonika (blues harps).  Album delta blues yang wajib didengarkan adalah ‘king of delta blues singer’ (1961) yang berisi 16 lagu yang pernah direkam oleh Robert Johnson.

Blues lalu hijrah ke kota besar  dan lahirlah Electric Blues dengan ciri khas menggunakan alat musik elektrik dan alat musik tiup sebagai pengiringnya. Electric Blues blues ini terbagi bagi lagi menurut kota di mana dia berasal, misalnya Chicago Blues dan  Texas Blues.  Muddy Waters yang bernaung dalam perusahaan rekaman Chess Records adalah notable musician dalam Chicago Blues.  Musisi lain seperti Freddie King, Buddy Guy, Koko Taylor, Howlin Wolf turut menorehkan nama dalam daftar musisi Chicago Blues. Album ‘the best of Muddy Waters’  dan ‘anthology’  merupakan album yang wajib didengar,  saya juga menyarankan album modern seperti ‘skin deep’ nya Buddy Guy yang rilis di tahun 2008 dimana Buddy Guy berkolaborasi dengan musisi blues modern seperti Eric Clapton, Derek Trucks dan musisi blues cilik; Quinn Sullivan.

Blues yang berkembang di daerah Texas disebut Texas Blues dengan ciri khas yaitu musik blues yang nge-swing dan dipenuhi oleh lick lick gitar yang virtuosoic.  Sound Texas Blues juga terkesan lebih kasar, mungkin mengikuti tipikal orang orang Texas 😀 . Blind Lemon Jefferson adalah bapaknya Texas Blues yang menginspirasi musisi seperti Lightin’ Hopkins dan T-Bone Walker. Salah satu musisi Texas Blues yang paling terkenal adalah Steve Ray Vaughan (SRV), seorang musisi yang dikenal karena kepiawaiannnya memainkan lick lick blues panas  di tengah tengah menjamurnya gitaris shredder di saat itu.  SRV sendiri adalah gitaris muda yang sangat dipengaruhi oleh Albert King dan Jimi Hendrix. Bahkan Eric Clapton pun harus menepi dari jalanan saat mengemudikan mobilnya dan dari radio mobilnya mengalun lagu ‘little wing’ dari sang virtuoso. Gaya permainan yang ‘rude’ dan virtuosoic membuat SRV banyak digemari oleh musisi di luar blues. Lick lick gitarnya banyak dipelajari oleh gitaris yang ingin belajar bermain blues.  Kenny Wayne Sherped, Lance Lopez, Henry Garza (Los Lonely Boys) dan musisi pop John Mayer adalah musisi yang mengadopsi gaya permainan SRV ke dalam lagu lagu  mereka. Album ‘Texas Flood’ dan ‘The Sky is Crying’ (berisi lagu legendaris ‘little wing’) adalah dua album Texas Blues dari SRV yang wajib dikoleksi.

Di tahun 1960-an, anak2 muda asal Inggris memainkan musik Blues yang lebih dikenal dengan istilah British Blues. The Rolling Stones, Eric Clapton dan Fletwood Mac dengan gitaris Peter Green nya adalah musisi2 Inggris yang memainkan British blues. British blues ini pula yang kemudian berkembang menjadi Psikedelik Rock.  Psikedelik Rock sendiri adalah jenis musik yang berkembang di pertengahan 1960-an yang berupa pengalaman batin saat memakai obat terlarang seperti LSD dan kokain yang dituangkan dalam lagu. Band yang membesarkan nama psikedelik rock adalah The Beatles dengan album Revolver nya yang kemudian disusul dengan album full psikedelik ‘Sgt. Peppers lonely heart club band’. Musisi musisi lain seperti The Doors, Janis Joplin, Jimi Hendrix, Country Joe and the fish, Grateful Dead, 10 years after, Cream dan deretan musisi lainnya turut membesarkan Psikedelik rock, yang sebagian besar adalah musisi yang menentang perang vietnam. Musisi blues yang paling menonjol di era ini adalah James Marshal Hendrix atau lebih dikenal dgn nama Jimi Hendrix. Jimi Hendrix adalah tokoh kulit hitam yang diberi gelar ‘dewa gitar’ karena kepiawaiannya dalam memainkan alat petik tersebut. Jimi Hendrix berhasil merebut popularitas Eric Clapton dan Pete Townsend (The Who) sebagai dewa gitar di jamannya. Sampai sekarang pengaruh blues-rock dari Jimi Hendrix masih terdengar; Lenny Kravitz, Prince, John Frusciante,  hingga Mike McCready adalah beberapa gitaris yang terinspirasi dari sang dewa. Album yang wajib didengarkan adalah ‘Electric Ladyland’ dari Jimi Hendrix Experience yang menampilkan lagu blues legendaris ‘voodoo child’ yang memperlihatkan kepiawaian sang dewa gitar.  Album remastered ‘Valley of neptunes’ bisa menjadi pilihan alternatif bagi anda yang kurang suka dengan kualitas sound rekaman tempoe doeloe 😀

Saat ini musik Blues semakin berkembang dengan pesat. tak hanya terdengar di kafe kafe kecil di pinggiran kota di Amerika, musik blues semakin dikenal luas oleh masyarakat umum. John Mayer dengan album Continum nya memperkenalkan lagi soul Jimi Hendrix kepada dunia dengan cover version lagu ‘bold as love’ dengan solo lick blues yang memukau. Demikian halnya di dalam negeri; Slank dengan musik berbau blues rock ala The Rolling Stones hingga Gugun Blues Shelter dengan style funk-blues atau Rama Satria Claproth yang mengusung kembali nyawa Jimi Hendrix dan Steve Ray Vaughan ke dalam petikan gitarnya adalah musisi musisi yang mengambil andil dalam mengangkat musik blues ke scene lokal. Indonesia juga sukses menggelar Jakarta International Blues Festival dan event blues lainnya yang menjadi bukti bahwa blues hidup dan bernapas di bumi Indonesia.

BLUES


B.L.U.E.S

Blues,…

well, siapa sih penggiat musik yang tidak pernah mendengar istilah di atas? mungkin beberapa waktu lalu nama ‘Blues’ sendiri masih asing di telinga masyarakat awam, tapi semenjak mulai menjamurnya band2/musisi2 lokal yang meramu unsur pop dengan blues (Endah and Reza, Gugun Blues Shelter) maka istilah ‘Blues’ telah akrab di telinga kita semua. Blues akhir akhir ini telah memiliki tempat tersendiri di scene musik lokal maupun internasional dengan seringnya diadakan event blues, tidak hanya di USA tetapi juga di Indonesia (Jakarta, Jogja dan Bandung). Berkat kesuksesan Gugun Blues Shelter (walaupun musiknya lebih dominan funk) di kancah internasional membuka mata para penggemar musik tanah air tentang keberadaan musik ‘blues’ khususnya band blues lokal yang selama ini bisa dibilang masih bergerak di ranah indie label.  Warna musik Blues sebenarnya dulu pernah sukses dibawakan oleh band – band lokal seperti Time Bomb Blues dan Slank namun ketika masuk di era 2000-an mulai tenggelam oleh dominasi band pop.

Pertanyaannya,… mahluk apa sih Blues itu?

Mungkin kesan yang pertama kali melintas di kepala kita ketika mendengar kata ‘Blues’ adalah Oldies, musik orang tua, musik cafe kelas menengah ke atas, solo gitar yang menusuk2, dan sebagainya. Tidak semua salah, tetapi juga tidak semua benar. Jika dikaitkan dengan musik orang tua, kita tak dapat menyangkal jika Blues ternyata jenis musik yang dimainkan oleh popstar muda idola jutaan wanita: John Mayer.  Demikian juga di dalam negeri musisi2 seperti Endah Rheza, Gugun Blues Shelter, Rama Satria Claproth yang menyebarkan ‘wabah’ blues di kalangan generasi muda.  Jika dianggap sebagai musik cafe kelas menengah ke atas, jika dirunut dari sejarahnya, blues (demikian juga dengan jazz) pada hakikatnya adalah musik kelas pekerja kasar; orang2 kulit hitam di pinggiran kota di Amerika.

Blues adalah ‘tradisi’ 

Kembali ke pertanyaan awal kita,..Blues itu apa sih?

di sini saya ga akan membahas sejarah blues yang tentunya informasi tentang itu sendiri banyak tersebar di internet. Tapi di sini saya akan sedikit membicarakan blues dari sudut pandang seorang penikmat, dari sisi Blues sebagai sebuah tradisi.

Blues berhubungan dengan kata ‘blue’, warna yang seringkali diasosiasikan dengan ‘kesedihan’, ‘rasa sakit’ atau istilah masa kini nya ‘kegalauan’, wajar saja karena dirunut dari asalnya Blues berasal dari jeritan hati budak-budak afro-amerika yang tertindas oleh tuan tanah mereka (eh katanya ga mau ngomongin sejarah 😀 ). Blues juga memiliki sisi spiritual, bahkan berhubungan dengan dunia mistis. Musisi blues seringkali memasukkan istilah-istilah yang berhubungan dengan hal hal spiritual/mistis ke dalam lirik lagunya, misalnya Hoodoo dan Black Cat Bone (contoh pada lagu Hoochie Coochie Woman nya Muddy Waters).  Demikian juga dengan legenda Crossroads, yaitu kisah ketika Robert Johnson bertemu dengan setan di perempatan Crossroads (Clarksdale, Missisipi) dan menandatangani perjanjian maut dengan sang setan untuk mencapai ketenaran dan diajarkan bermain blues dengan baik.  Blues tidak hanya sebuah aliran musik; tidak hanya sebuah 12 bar dengan birama 4/4, tetapi blues adalah pencapaian spiritual bagi orang orang yang memainkannya, dan bagi siapapun yang menikmatinya.

Menurut saya Blues adalah musik yang di dalamnya kita gak akan menemukan teori, tetapi lebih didominasi oleh ‘rasa’. Saya sebagai seorang yang bisa bermain gitar gak akan naif mengatakan bahwa blues bisa berdiri tanpa didasari oleh teori, tapi kenyataannya teori musik (scale, modes, dkk) tidak berlaku absolut pada musik Blues. Anda bisa memainkan scale dorian (minor) pada chord dominant 7th atau minor pentatonik pada chord dominant yang secara teoritis itu gak nyambung. Di musik blues juga dikenal major-minor exchange (pergantian major ke minor) yang sering dilakukan oleh musisi2 blues tanpa didasari teori. Saya yakin jika anda menanyakan kepada BB King tentang pergantian lick dari major ke minor beliau hanya akan menjawab  ‘i just play the blues’  😀 . Blues adalah spontanitas, bahkan ada yang bilang blues adalah seperti proses ‘jamming’. Seorang musisi blues tampil bukan hanya terbatas sebagai seorang pemain musik/penyanyi, tetapi juga sebagai seorang story teller. Buddy Guy adalah seorang story teller dengan gitarnya, Howlin’ Wolf  adalah seorang story teller dengan suara beratnya. Blues adalah bukan hanya sekedar nyanyian tetapi juga sebuah ‘percakapan’ seperti pada pola call and response yang menjadi salah satu ciri khas musik Blues. Sekali lagi, Blues bukanlah musik yang menuntut seberapa cepat dan bersih anda memainkannya, tetapi tentang bagaimana cara anda menyampaikan perasaan anda kepada pendengar.

Blues adalah musik sekaligus sebagai sebuah tradisi. Blues adalah roots (akar) sehingga untuk mengenalnya anda harus mencarinya hingga ke bagian terdalamnya.  Anda tidak bisa bermain pentatonik minor dengan distorsi kencang dan menganggapnya sebagai ‘blues’, karena anda tidak menghargai tradisi nya.  Seperti istilah dari Andrie Tidie (musisi lulusan GIT dan Berklee) :  jika musik adalah ‘bahasa’, maka blues ibarat bahasa Inggris dengan logat bronx. Anda tidak akan dianggap berlogat Bronx jika anda merangkai kalimat bahasa Inggris versi anda sendiri yang ke-Melayu Melayu-an tanpa menjadi akrab dengan Tradisi logat bicara di Bronx aslinya. Jika anda ingin mengenal blues, maka anda harus mengenalnya sebagai musik Americana, bukan sekedar lick2 sendu yang kadang diselipkan oleh Richie Sambora. Blues adalah tradisinya orang-orang Afro-Amerika, maka kita memandang blues harus dari kacamata orang orang  Afro-Amerika pula, bukan hanya sebatas scale dan modes semata.

Blues adalah bahasa dunia.

Blues is the roots,..others are fruits. 

Blues adalah akar dari musik modern. Dari Delta Missisipi hijrah (atau istilahnya ‘hobo’ing) ke utara tepatnya di daerah Chicago dan berkembang menjadi Elektrik Blues (Chicago Blues) yang dipopulerkan oleh Muddy Waters lalu kemudian berkembang dan mempengaruhi aliran musik modern lainnya; terpengaruh dengan musik gospel maka lahirnya musik Soul dan R&B,  diracik dengan country bertempo cepat sehingga melahirkan musik Rock n Roll, kemudian melahirkan aliran aliran musik lainnya seperti Funk, Psycedelic Rock hingga Heavy Metal. Dari The Rolling Stones hingga Beyonce, dari Chuck Berry hingga Maroon 5, dari Jimi Hendrix hingga Mars Volta. Bahkan cetak biru dari musik turunan Black Sabbath yang berbau tri-tone itu adalah blues (blue note), jadi bisa dibilang musik Underground dan blues punya benang merah yang saling terhubung satu sama lain. Kirk Hammet adalah gitaris metal yang memainkan blues dengan tempo cepat, demikian juga dengan John Mayer seorang penyanyi pop yang meraung2 ala Steve Ray Vaughan bersama fender stratnya.  Semua diva pop yang terpengaruh oleh Aretha Franklin pastinya terpengaruh oleh blues, demikian juga dengan musik psikedelik dan garage rock yang kembali mewabah akhir2 ini walaupun didominasi oleh band Eropa (Inggris) tetapi mereka membawakan musik leluhur budak2 di Missisipi,..nothing but the blues!

Blues lebih dari sekedar musik, blues adalah rasa, blues adalah sebuah pengalaman spiritual yang bisa dialami oleh siapa saja. so,..how blues can u get?

Ayo bermain futsal!!

Futsal adalah olahraga yang menyenangkan,..well,..paling ga bagi pemuda berbadan berat seperti gw yang butuh olahraga di akhir pekan, futsal bisa menjadi pilihan yang tepat.  Selain menyehatkan badan, sekalian refreshing dari kesibukan kantorlah…maklum gan ngantornya di kota kecil *curhat #uhuk

mau liat si ganteng montok ini beraksi di lapangan??  cekidot gan *berhubung gw yg punya blog, makanya yg gw upload adalah foto2 yang ada gw nya doank :p *

 Tim Futsal terhebat abad ini :)))

 Yang ganteng yg pegang bola :))

Kasian tuh si ebit (biru) dikepung 2 raksasa

Beknya keren,..Messi aja gak bisa lewat #ngok

 

ngos2an si abang,..banyak kali ngerokoknya :))

 Sekian dan Salam Olahraga!

race is speed with control

Saya pernah mendengar seseorang berkata hidup adalah sebuah arena yang penuh dengan cobaan, tantangan dan hambatan yang berujung dengan dua pilihan: berhasil atau terpuruk dalam kegagalan. Hidup adalah sebuah arena yang penuh dengan aroma persaingan, pergulatan untuk meraih kemenangan.Karena kemenangan hanyalah untuk pihak yang mengalahkan. Oleh karena itu, pihak dengan kondisi paling siaplah yang akan menang. Benarkah?

Saya lebih sering menganggap kehidupan itu adalah sirkuit balap. Tuhan menciptakan sirkuit balap dengan sebuah jalan yang panjang, berliku, dengan tikungan yang terkadang tak terduga, kondisi jalan yang tak bisa diprediksi dan cuaca yang kadang tak bersahabat. Tujuannya tidak lain adalah mencapai garis finish sebagai pemenang, atau bisa terhempas ditengah arena sebagai pecundang. Dalam hal ini, manusia sebagai joki yang harus tampil dengan kondisi performa mesin terbaik agar bisa memenangkan pertarungan. Namun kenyataannya terkadang torsi yang mantap dengan performa mesin yang responsif tidak dapat mengantarkan sang joki untuk menghirup aura kemenangan bahkan kekalahan yang dihadapinya. Hal itu terjadi karena sang joki melupakan satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan ini: kontrol. Seorang joki dengan kecepatan dan kontrol yang harmonislah yang akan maju sebagai jawara.

                          ”because race is speed with control”

Manusia memiliki batas, dan batas adalah pemisah antara kebaikan dan penjara bagi kejahatan, seperti itulah kira2 yang dikatakan oleh Mario Teguh yang saya saksikan beberapa waktu lalu. Sebuah batas, yang mungkin sering kita abaikan dan sering kita langgar. Sebuah batas, yang kadang membuat kita lupa perbedaan antara kebaikan dan kebodohan, ketulusan dan kemunafikan.

Jika anda menjadi ‘terlalu’, maka berhentilah

itulah kunci untuk memenangkan arena kehidupan,…semoga